nusakini.com-Yogyakarta -Dini Meiyanti, salah satu ASN Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY saat ini tengah berada di Negeri Kincir Angin Belanda. Pegawai yang sehari-hari bertugas di Subbagian Ortala dan Kepegawaian itu mengikuti shortcourse bertajuk Strategic Leadership and Change Management. “Kursus singkat bernama Orange Knowledge Program (OKP) fellowship ini saya ikuti sejak 21 Januari hingga 1 Februari 2019 mendatang,” ujarnya saat dihubungi, Selasa (22/01). 

Cerita berawal pada 2017 saat Kemenag DIY hendak merancang sistem e-Government (e-Gov). Dini berasumsi tidak mungkin dapat memulainya apalagi sampai berhasil jika tidak memiliki pengetahuan yang memadai. “Kita tidak mungkin berhasil jika tak punya amunisi terkait e-gov,” ujar mantan pegawai Inspektorat Jenderal Kemenag RI ini. 

Wanita kelahiran Klaten, 12 Mei 1979 itu lantas mencari informasi diklat tentang e-gov. “Masalahnya diklat seperti ini langka, toh kalau ada diselenggarakan swasta dan berbiaya mahal,” ungkap ibu empat anak itu. 

“Mulailah saya mencari beasiswa untuk shortcourse, alhamdulillah StuNed Neso dari Pemerintah Kerajaan Belanda menyelenggarakan beasiswa gratis,” terangnya. “Syaratnya hanya membuat makalah singkat berisi motivasi ikuti shortcourse,” tambah Dini. 

Selama di Belanda, Dini tinggal di apartemen kampus Maastricht School of Management. “Selain kuliah di dalam kelas, kami akan mengunjungi SABIC yakni pabrik petrokimia milik Belanda dan kantor pemerintah daerah Maastricht untuk melihat penyelenggaraan pelayanan publik di sini,” terang istri dari Krisnanto Adi Nugroho itu. 

Sebelum shortcourse ke Belanda, Dini pernah dua kali presentasi makalah ke Jepang. “Pertama pada 2015 terkait Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di The International Academic Forum (IAFOR) dan tahun 2017 presentasi artikel saya berjudul Government Auditor's Ethical Decision di Meditari Accounting Research,” urainya. 

Dengan memperdalam e-gov di Belanda, Dini berharap mampu menyerap dan mengaplikasikan apa yang didapat di program shortcourse ini. “Terutama ide-ide layanan yang tepat, cepat, bersih, efektif, efisien dan ekonomis,” tukasnya. Dini juga mengajak rekan-rekan ASN Kemenag untuk turut serta di program semacam ini. “Agar membuka cakrawala tentang bagaimana seharusnya pelayanan publik harus dijalankan,” tandas Dini. Sebab Dini meyakini globalisasi adalah keniscayaan. “Memang diperlukan keberanian untuk berubah, mulai dari diri sendiri,“ pungkasnya. (p/ab)